Kanker Serviks
PERTANYAAN
YANG SERING DITANYAKAN
FREQUENTLY ASKED QUESTIONS
KANKER
SERVIKS
Gambaran
Umum
- Berdasarkan data Globocan 2018 di Indonesia, kanker serviks adalah kanker terbanyak nomor 2 pada wanita setelah kanker payudara (32.469 kasus baru), dan penyebab kematian ke 3 (18.279 kematian)
- Kanker serviks adalah kanker yang dapat dicegah dengan melakukan skrining dan vaksinasi
- Kebanyakan kanker serviks baru memiliki keluhan dan terdiagnosa pada stadium lanjut (III ke atas) sehingga angka kesembuhannya relatif kurang baik
Apakah kanker
serviks itu?
Neoplasia/
tumor ganas di serviks yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara tidak
terkendali, menyebar/ metastase ke organ lain dan dapat menyebabkan kematian.
Serviks/
mulut rahim/ leher rahim merupakan bagian terendah dari rahim yang terdapat
pada puncak vagina.
Apakah
penyebab kanker serviks?
Hampir
semua kanker serviks disebabkan oleh Human
Papilloma Virus (HPV) risiko tinggi, dan virus ini ditularkan melalui
hubungan seksual, artinya semua wanita yang aktif atau pernah melakukan
hubungan seksual memiliki risiko untuk terkena kanker serviks
Sekilas
tentang HPV
-
Ada lebih dari
200 tipe HPV, dengan lebih dari 40 menginfeksi area kelamin dan anus
-
Menular melalui
hubungan seksual dan kontak kulit dengan kulit
-
Tipe HPV dibagi
berdasarkan risiko terhadap kanker serviks:
o Risiko tinggi - ini termasuk HPV 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, dan 68
o Risiko rendah – 6, 11, 40, 42, 43, 44, 53, 54, 61,
72, 73, dan 81
-
Tipe 6 dan 11
merupakan penyebab dari 90% kondiloma akuminata/ genital warts
-
Tipe 16 dan 18
merupakan penyebab dari 70% kanker serviks
-
80% wanita dan
pria yang aktif secara seksual diperkirakan pernah mengalami infeksi HPV paling
tidak sekali selama usia hidupnya, terlepas dari jumlah pasangan seksual.
Apakah semua infeksi HPV berbahaya?
Kebanyakan infeksi HPV (termasuk yang risiko tinggi) akan sembuh dengan sendirinya dalam 12 bulan. Selama periode infeksi HPV pada serviks, kelainan sitologi/ lesi pra kanker derajat rendah biasanya dapat dideteksi pada skrining, walau biasanya bersifat sementara dan akan membaik dengan sendirinya. Tetapi infeksi HPV risiko tinggi yang persisten lebih dari 12 bulan meningkatkan risiko adanya lesi pra kanker derajat tinggi atau kanker serviks, walau tidak semua infeksi persisten akan mengalami progresi tersebut.
Kebanyakan infeksi HPV (termasuk yang risiko tinggi) akan sembuh dengan sendirinya dalam 12 bulan. Selama periode infeksi HPV pada serviks, kelainan sitologi/ lesi pra kanker derajat rendah biasanya dapat dideteksi pada skrining, walau biasanya bersifat sementara dan akan membaik dengan sendirinya. Tetapi infeksi HPV risiko tinggi yang persisten lebih dari 12 bulan meningkatkan risiko adanya lesi pra kanker derajat tinggi atau kanker serviks, walau tidak semua infeksi persisten akan mengalami progresi tersebut.
HPV dapat masuk ke dalam kondisi laten/ tidak aktif,
dengan bukti adanya reaktivasi pada beberapa wanita termasuk pasien HIV dan
pasien usia tua.
Bagaimana perjalanan infeksi HPV menuju kanker
serviks:
- Infeksi HPV risiko tinggi pada serviks melalui hubungan seksual
- Infeksi HPV persisten
- Perubahan neoplastik dimana HPV mengalami penyatuan dengan gen serviks → lesi pra kanker derajat ringan (CIN 1) → sedang (CIN 2) → berat (CIN 3)
- Perkembangan dari lesi pra kanker menuju kanker serviks stadium I → II → III → IV
Secara umum perjalanan dari infeksi awal menjadi kanker serviks rata-rata membutuhkan waktu 5-10 tahun, oleh karenanya dengan melakukan pap smear secara rutin maka kita dapat mencegah seorang wanita mengidap kanker serviks.
Serviks normal (kiri), lesi pra kanker serviks (tengah),
kanker serviks (kanan)
Apa saja faktor risiko kanker serviks?
- Hubungan seksual dini- wanita yang melakukan hubungan seksual pertama sebelum 21 tahun memiliki risiko 1,5-2x untuk menderita kanker serviks dibandingkan usia 21 atau lebih
- Berganti-ganti pasangan seksual- wanita berganti-ganti pasangan akan memiliki risiko 2-3x untuk menderita kanker serviks dibandingkan dengan satu pasangan. Hal ini bukan berarti bahwa wanita yang tidak pernah berganti pasangan tidak memiliki risiko menderita kanker serviks
- Menderita penyakit menular seksual seperti herpes, gonore
- Menderita penyakit yang menekan status imun seperti HIV, penggunaan steroid untuk penyakit autoimun seperti lupus
- Banyak anak- wanita yang memiliki 3 atau lebih anak memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita kanker serviks
- Merokok- baik yang aktif maupun pasif
Bagaimana keluhan dan gejala kanker serviks?
Pada
stadium awal atau lesi pra kanker biasanya tidak ada keluhan atau gejala,
keluhan yang tampak biasanya pada stadium 2/ 3 adalah:
- perdarahan pasca hubungan seksual
- perdarahan hebat dan lama di luar siklus haid
- perdarahan paska menopause
- keputihan hebat dan berbau
- nyeri panggul, perut dan punggung, dapat menjalar sampai kaki
- gangguan buang air kecil atau buang air besar (keluar darah atau kesulitan).
Bagaimana
pemeriksaan dalam menegakkan diagnosa kanker serviks?
- Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan dalam menggunakan spekulum (alat untuk membuka vagina) sekaligus melakukan biopsi (pengambilan sampel tumor) dan melakukan pemeriksaan patologi untuk menegakkan diagnosis kanker
- Pemeriksaan foto thorax, USG abdomen pelvis, MRI, PET-CT untuk menentukan stadium dan penyebaran penyakit
Pemeriksaan fisik (kiri), biopsi serviks (kanan)
Apa saja terapi yang bisa diberikan untuk kanker serviks?
- Pada stadium awal (stadium I-IIA) dapat dilakukan operasi radikal histerektomi (pengangkatan rahim, serviks, 1/3 vagina atas, parametrium dan kelenjar getah bening panggul)
- Pada stadium lanjut (stadium IIB-IIIB) dapat dilakukan kombinasi radiasi dan kemoterapi. Radioterapi adalah terapi kanker yang menggunakan energi radiasi untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi adalah pemberian obat yang dimasukkan lewat darah untuk membunuh sel kanker Efek samping kemoradiasi relatif ringan dan dapat pulih kembali paska terapi
- Pada metastase (stadium IV) dapat dilakukan kemoterapi paliatif dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang harapan hidup penderita
tipe operasi angkat kandungan
Apa ada
terapi untuk infeksi HPV?
Tidak
ada terapi untuk infeksi HPV, tetapi dalam 90% kasus wanita dapat mengeliminasi
HPV yang menginfeksi serviks
Apa saja
terapi yang bisa diberikan untuk lesi pra kanker serviks?
Ada beberapa terapi yang bisa dilakukan seperti:
- LEEP cauter – menggunakan energi panas untuk membuang lesi pra kanker
- Krioterapi – menggunakan energi dingin untuk menghancurkan lesi pra kanker
- Konisasi – menggunakan pisau untuk membuang lesi pra kanker
- Angkat kandungan/ histerektomi
Apakah
kanker serviks dapat dicegah? Bagaimana?
Kanker serviks dapat dicegah dengan 2 cara:
Kanker serviks dapat dicegah dengan 2 cara:
- Pencegahan primer: Vaksinasi HPV
- Pencegahan sekunder: Skrining serviks dengan menggunakan pap smear, tes HPV DNA, atau IVA secara rutin.
Tujuannya adalah untuk mendeteksi adanya lesi pra
kanker dan melakukan terapi agar seorang wanita tidak mengidap kanker serviks
Kapan
kita harus mulai melakukan skrining serviks? Dan berapa lama interval
pemeriksaan?
- Seorang wanita direkomendasikan melakukan skrining serviks 3 tahun setelah hubungan seksual pertama, dan sebaiknya dilakukan antara 1-2 tahun sekali, dan bisa dilakukan lebih sering pada pasien dengan keluhan atau gejala, sampai usia 70 tahun
- Seorang wanita yang belum/ tidak pernah melakukan hubungan seksual tidak memiliki risiko terkena kanker serviks dan tidak perlu menjalani pemeriksaan skrining.
Apa saja
tipe skrining kanker serviks?
Ada
beberapa metode yang bisa dilakukan:
1. Pap Smear/ Pap
Test (Gold Standart skrining
serviks saat ini)
Pemeriksaan
sitologi dari apusan sel yang diambil dari serviks, sel tersebut diperiksa oleh
ahli sitologi untuk melihat apakah ada perubahan dari sel mulut rahim
2. Tes HPV DNA
Pemeriksaan
DNA dari virus HPV yang dikerjakan bersamaan dengan pap smear untuk melihat
apakah ada infeksi HPV risiko tinggi di mulut rahim. Tes ini hanya dilakukan
pada wanita di atas usia 30 tahun, karena kebanyakan infeksi HPV di bawah 30
tahun akan sembuh dengan sendirinya
3. Tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
Pemeriksaan
inspeksi visual dengan mata telanjang terhadap mulut rahim dengan bantuan asam
asetat/ cuka yang diencerkan. Ini merupakan alternatif pemeriksaan yang lebih
murah
4. Tes Kolposkopi
Pemeriksaan
inspeksi dengan pembesaran menggunakan alat kolposkopi, pemeriksaan ini
dilakukan oleh SpOG pada kondisi dimana ada kelainan pada pap smear, tes IVA
atau HPV DNA +
Pap smear (kiri), kolposkopi (kanan)
Apakah vaksin HPV diperlukan?
Vaksin sangat diperlukan untuk menimbulkan kekebalan terhadap HPV dengan cara melakukan injeksi berupa kapsid (kapsul virus yang tidak berisi materi genetik yang berbahaya) ke dalam tubuh wanita/ pria sehingga terjadi produksi antibodi yang diperlukan untuk melawan dan membunuh HPV saat terjadi penularan, dan antibodi dapat mencegah terjadinya infeksi persisten yang berisiko menjadi kanker.
Sekilas tentang vaksinasi HPV
- Ada 3 tipe vaksinasi HPV:- Vaksin quadrivalent memberikan proteksi terhadap HPV 16, 18, 6 dan 11 diberikan dengan interval 0-2-6 bulan
- Vaksin bivalent memberikan proteksi terhadap HPV 16 dan 18 diberikan dengan interval 0-1-6 bulan
- Vaksin nanovalent memberikan proteksi terhadap HPV 6, 11, 16, 18, 31, 33, 45, 52 dan 58 diberikan dengan interval 0-2-6 (belum masuk Indonesia)
- Diberikan dengan injeksi di otot deltoid/ lengan, efek sampingnya berupa rasa tebal atau kebas kurang dari 1 hari
- Pada usia 9-13 tahun kedua vaksin hanya diberikan 2x dengan interval 0-6 bulan, karena status imun yang lebih baik
- Vaksinasi lebih baik diberikan pada wanita yang belum aktif seksual, dan tidak menunggu datangnya haid
- Vaksinasi ini hanya dilakukan sekali seumur hidup, masih belum ada rekomendasi pemberian vaksin tambahan/ booster
- Vaksin ini tidak boleh diberikan saat hamil, untuk ibu menyusui aman
- Vaksin ini bukan terapi untuk lesi pra kanker atau kanker serviks, pada wanita yang sudah 3 tahun paska hubungan pertama disarankan pap smear dahulu sebelum melakukan vaksin
- Pemerintah Indonesia mulai melakukan pemberian vaksin HPV gratis pada kelompok anak sekolah dengan interval 0-12
Kenapa kanker serviks merupakan masalah besar di Indonesia dan negara berkembang lainnya?
- Kebanyakan pasien kanker serviks baru memiliki keluhan dan terdiagnosis pada stadium lanjut (stadium III-IV), sehingga angka kesembuhannya kurang baik
- Kanker serviks sering diderita antara usia 30-50 tahun dimana produktivitas dalam keluarga menjadi sangat terganggu
- Masih rendahnya pengetahuan, kesadaran, dan keengganan untuk melakukan pemeriksaan skrining dan atau vaksinasi HPV
- Masih rendahnya pengetahuan dimana pasien kanker masih takut untuk menjalani terapi kanker dan menunda kesembuhan dengan terapi “alternatif”
- Dengan menyadari pentingnya skrining dan vaksinasi HPV maka kita dapat mencegah seorang wanita untuk mengidap kanker serviks
MARI KITA BERSAMA-SAMA CEGAH DAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS
Comments
Post a Comment